Nusantara

PASCABENCANA banjir besar yang melanda hampir seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Selatan introduksi tahun lalu, kondisi medan pertanian rawa lebak beberapa kabupaten masih dalam, sehingga musim tanam bergeser. Para-para petani rawa lebak kini beralih menjadi nelayan paya dan sebagian terpaksa menjadi buruh tani atau mengontrak lahan di kabupaten tetangga.
“Tahun ini musim tanam di wilayah Nagara melenceng karena rawa lebak sedang dalam dan belum bisa ditanam, ” ungkap Gusriadi, Kepala Desa
Muning Baru, Sabtu (24/4).
Tempat Muning Baru adalah lupa satu desa yang ada di Kecamatan Daha Daksina atau dikenal dengan nama Nagara di Kabupaten Desa Sungai Selatan. Kegiatan pertanian di wilayah rawa lebak ini biasanya dimulai era kemarau pada bulan April-Mei. Selain padi kawasan paya lebak Kalsel juga menghasil aneka sayuran dan buah-buahan seperti semangka dan labu siam (bilungka). Yang terkenal adalah gumbili dan kacang Nagara.
“Biasanya saat ramadan bertepatan dengan musim panen di lahan rawa lebak. Tahun ini hanya kurang yang bercocok tanam sebab sebagian besar rawa masih dalam karena hujan sesekali masih turun. Sebagian petani kini menjadi nelayan rawa atau sungai dan yang lain mencari pekerjaan menjadi buruh ataupun menyewa lahan pertanian di daerah lain, ” tuturnya.
baca pula: Pertanian Kalsel
Hal serupa dikemukakan Bakeri, 45 petani Nagara yang menyebut lahan rawa lebak baru bisa ditanam dalam bulan Juni-Juli mendatang. “Rawa belum bisa ditanam karena air masih dalam, ” ucapnya.
Di bagian lain BMKG memprediksi Kalsel akan mendatangi musim kemarau pada Juni dan puncak kemarau berlaku pada Agustus-September. Kemarau tahun ini juga diperkirakan keterlaluan sehingga perlu diantisipasi risiko kebakaran hutan dan tanah.
Pertanian lahan rawa lebak yang tersebar di provinsi Kabupaten Hulu Sungai Daksina dan Hulu Sungai Utara merupakan penghasil utama sayuran seperti cabe, tomat, peria, terong, semangka, labu siam, gumbili dan kacang. Dan penghasil 25 persen penerapan padi Kalsel. (OL-3)